The
Lion King’s & Pumba
(Sabtu,
28 September 2013, 18.45)
MNC
TV
Timon : (Bangun tidur) “Haaa…… Apa bagusnya Pumba? Memangnya
apa bagusnya dengan ini sampai kau harus
membangunkanku?”
Pumba : “Sekarang hari sahabat sejati!”
Timon : “Apa katamu?”
Pumba : “Hari sahabat sejati, kau tau? Hari yang
cerah bagi kita yang sahabat sejati untuk bertukar hadiah (diam sejenak). Ini buka hadiahmu” (seraya memberikan Timon sebuah hadiah yang
dibungkus oleh dedaunan)
Timon : “Baiklah kalau kau memaksa. (kemudian
membuka hadiah dari Pumba) Alat pembuat jus serangga???”
Pumba : “Kau suka?”
Timon : “Aku menyukainya Pumba. Wow….!!! Kau tau,
aku sangat menginginkannya, semuanya….. Cairan
vitamin tempat tulang. Ini hebat!!! Terimakasih”
Pumba : “Apapun untuk sahabat sejatiku. Sekarang
mana hadiahku, Timon? Aku tak sabar menunggunya, aku telah
menunggunya sepanjang pagi”
Timon : “Hadiahmu??? (merasa kebingungan)
Pumba : “ Benar, baiklah”
Timon : “Kau tak lupa hari sahabat sejatikan,
Timon?”
Pumba : “Tidak, tidak, tentu saja tidak Pumba. Sama
sekali tidak”
Timon : “ Kau berpikiran seperti itu. Mana
hadiahku?”
Pumba : “Hadiahmu? Baiklah aku akan memberikanmu
hadiah yang istimewa dari hadiah biasa lainnya. Aku akan
memberikanmu eeee……… Kayu tua yang berlubang!!!”
Timon : “Kayu tua berlubang? Tapi itu dalah hadiahku
tahun lalu”
Pumba : “Benar. Tahun lalu ya? Maaf, maksudku aku
memberimu eeee……. Jamur dengan banyak serangga!!!”
Timon : “Tapi itu hadiah sebelum kau beri kayu tua
berlubang”
Pumba : “Bagaimana dengan rumput gajahPumba : “ Itu
hadiahmu dua tahun sebelumnya”
Timon : “Kulit kayu?”
Pumba : “Tiga tahun sebelumnya. Timon, kau sudah
siapkan sesuatu untukku ‘kan?”
Timon : “Tentu saja sudah, Pumba. Hanya saja itu
perlu waktu lebih dan uang yang banyak, aku memutuskan melakukan
sesuatu yang istimewa”
Pumba : “Apa itu? Apa itu?” (Dengan sangat gembira
sambil melompat-lompat)
Timon : “Aku eeeee…. Membuatkanmu puisi…!!!”
Pumba : “Astaga…!!!! Puisi??? Wow….!!! Kau buat
khusus untukku? Kau sahabat sejatiku, Timon. Oww.. Aku tak sabar
mendengarkannya. Tak sabar tak sabar…..!!”
Timon : “Eee….. Baiklah ini dia, sahabat sejatiku,
Pumba olehku Timon. Emm...... Tidak ada babi hutan sepertimu, Pumba.
Aku tidak bisa dapatkan sahabat sejati, kau punya keberanian dan haru,
kau satu dari sejuta. Tamat”
Pumba : “Puisi itu tidak berirama, Timon”
Timon : “Itu peribahasa:
Pumba : “Aku rasa tidak. Timon, aku merasa yakin kau
menulis puisi itu baru-baru ini saja. Kurasa kau lupa?” (mulai
kesal dan wajahnya tampak murung)
Timon : “Tidak!!!”
Pumba : “Lupa!!!”
Timon : “Tidak!!!”
Pumba : “Kau lupa!!!”
Timon : “Itu hari bodoh, tau?? Dan kau
membesar-besarkan”
Pumba : “Owww…. Jadi maksudmu kau merasa bodoh kalau
kau jadi sahabat sejatiku?”
Timon : “Bagaimana kalau memang begitu?”
Pumba : “Aku rasa kau memang bukan sahabat sejatiku,
Timon”
Timon : “Tidak masalah, masih banyak babi hutan
disana, Pumba. Dan aku bisa mencari teman sebaik dirimu. Kau
hanyalah satu dari sejuta”
Pumba : “Oww… Kalau itu maumu, aku juga bisa mencari
hewan lain untuk aku jadikan sahabat sejatiku!!!”
Timon : “Dan aku juga akan cari babi hutan lain yang
lebih baik darimu”
Bambu : “Ada yang bisa aku bantu?”
Timon dan Pumba pun mulai mencari sahabat sejati.
Timon : “Hay, kawan….!!! Atau bisa kusebut kawan
potensial?! Kau keberatan kalau kutanyakan tiga pertanyaan pribadi?”
Bambu : “Sama sekali tidak”
Timon : “Pertanyaan pertama, siapa namamu?”
Bambu : “Bambu”
Timon : “Pertanyaan kedua, kalau ada yang mau
melahapmu, apa yang akan kau lakukan?”
Bambu : “Aku akan lari secepat mungkin”
Timon : “Jawaban bagus. Nah, pertanyaan ketiga,
apakah kau atau siapa pun yang berhubungan denganmu merayakan hari
sahabat sejati?”
Bambu : “Belum pernah kudengar itu”
Timon : “Sempurna. Jawabanmu bagus sekali”
Pumba : “Monti… Monti... Dimana kau? Cepat kemari!
Lihat ini!”
Monti : “Ya… Ya… Ada apa Pumba?”
Pumba : “Lihat yang kudapatkan! Ini cacing gemuk
yang sangat lezat. Kau suka ‘kan Monti?”
Monti : “Aaaaa……….. Bawa pergi!!! Bawa pergi!!! Bawa
pergi!!! Sangat berlendir dan menjijikan” (sangat ketakutan)
Pumba : “Apa maksudmu?”
Monti : “Maksudku hewan itu melawan”
Pumba : “Kau tidak mau memakannya?”
Monti : “Memakannya? Kau mau aku memakan hewan itu?
Itu bahkan belum dimasak”
Pumba : “Tapi rasanya seperti ayam”
Monti : “Kau bercandakan?”
Pumba : “Maksudmu, kau tidak makan serangga?”
Monti : “Tidak… Tidak… Tidak… Aku makan buah segar,
bukan produk tumbuhan. Memakan serangga bisa membuat tubuhku
berangin. Kau tidak buang anginkan?”
Pumba : “Apa salahnya kalau buang angin?
Puuuuttttt…..
Monti : “Pertanyaan macam apa itu?”
Berbaring menatap bintang-bintang di langit.
Bambu : “ Timon”
Timon : “Yaa?”
Bambu : “Pernah memikirkan apa itu titik-titik
bersinar di atas sana?” (sambil berbaring dan menatap
bintang-bintang)
Timon : “Bambu, aku tidak memikirkannya. Aku tau”
Bambu : “Apa itu?”
Timon : “Itu kunang-kunang. Kunang-kunang yang
tersebar di gelembung biru kehitaman besar itu”
Bambu : “Oh… Baiklah” (dengan begitu tidak
pedulinya)
Timon : “Aaa…. Bambu”
Bambu : “Apa?”
Timon : “Apa kau pernah membayangkan itu dengan cara
yang sederhana, bahwa mereka itu seperti gelembung angin
yang terbang dengan sangat tinggi?”
Bambu : “Tidak, kenapa? Haruskah? Apa maksudmu?”
Timon : “Haaaa….”
(Keesokan harinya)
Timon : “Apa tidak ada sumber air lain di sini,
Bambu kawanku? Kurasa aku tidak suka dengan keramaian”
Bambu : “Kurasa aku sudah tidak haus lagi Monti
sahabat sejati baruku”
(Bambu dan Monti pun secara tidak sengaja)
Bambu : “Monti?”
Monti : “Bambu?”
Bambu : “Monti kaukah itu?”
Monti : “Bambu,sudah lama sekali kita……..
Berpelukan…. Hahahahaha”
Bambu : “Lalu apa yang selama ini kau lakukan
Monti?”
Monti : “Oh…. Kau tau?! Hal biasa bamboo”
Bambu : “Apa kau masih suka membuat pancake? Aku
sudah lama sekali tidak memakannya Monti”
Monti : “Rupanya kau masih suka memakannya? Hahahahaha……
Hay, Bambu!!! Aku punya ide, bagaimana kalau aku
buatkan kue itu sekarang?”
Bambu : “Kedengarannya bagus, Monti. Ayo…!!
Hahahahaha!”
(Seketika itu juga Bambu dan Monti pergi meninggalkan
Monti dan Pumba)
Pumba : “Kau tau, Timon?”
Timon : “Apa itu, Pumba?”
Pumba : “Aku tidak suka sahabat sejati baruku”
Timon : “Ya, kalau itu bisa membuatmu lebih baik,
aku juga tidak suka sahabat sejati baruku”
Pumba : “Dengar Timon, apa kau telah melupakan hari
sahabat sejati?”
Timon : “Dengarlah Pumba! Sebenarnya…. Tentu saja
tidak”
Pumba : “Oww hebat…..!!! Apa kau tidak lupa, Timon?
Karena itu kau sahabat sejatiku. Lalu mana hadiahku?”
Timon : “Aaa tutup matamu!” (seraya berlari
mengambil alat jus serangga)
Pumba : “Sekarang mata tertutup”
Timon : “Kau boleh membukanya sekarang”
Pumba : “Alat pembuat jus serangga!!!”
Timon : “Kau suka?”
Pumba : “Aku suka sekali Timon. Oww hebat…!!! Dan
ironis sekali kau memberikan benda yang persis seperti yang aku
berikan padamu”
Timon : “Ya… Hidup itu memang gila, Pumba “
Pumba : “ Lalu, apa yang kau buat pada alat jus
serangga yang kuberi padamu?”
Timon : “Ya, akan kita pikirkan itu sahabat
sejatiku, akan kita pikirkan”
Dari dialog di atas ada beberapa makna diksi yang
terkandung di dalamnya, diantaranya sebagai berikut:
Ø Yang
mengandung diksi leksikal:
Pumba
Dengan
Ini
Harus
Kau
Kita
Aku
Puisi
Hari
Hewan
Sabar
Hadiah
(Pada percakapan 1)
Ø Yang
mengandung makna gramatikal:
Membangunkan
Bertukar
Memaksa
Menyukai
Menginginkan
Memberikan
Berpikiran
Menunggu
Memutuskan
Melakukan
Mendengarkan
Membuat
Menulis
Mencari
Membesar-besarkan
Pertanyaan
Merayakan
Berhubungan
Melahap
Melawan
Memakan
Memikirkan
Bersinar
Membayangkan
Berpelukan
Tertutup
Membuka
Ø Yang
mengandung makna referensi:
Pada
dialog Pumba : “Ini buka hadiahmu”
Dialog
Timon : “Itu kunang-kunang”
Ø Yang
mengandung makna non-referensi:
Untuk
Dengan
Kalau
Dan
Seperti
Bahwa
Yang
Akan
Ø Yang
mengandung makna denotasi:
Pada
dialog Timon : “lebih baik darimu”
Ø Yang
mengandung makna konotasi:
Pada
percakapan Timon : “Kau hanyalah satu dari sejuta”
Pada
percakapan Pumba : “buang angin”
Pada
percakapan Timon : “Itu kunang-kunang. Kunang-kunang yang tersebar di gelembung
biru kehitaman besar itu”
Pada
percakapan Timon : “gelembung angin”
Ø Yang
mengandung makna konseptual:
Dalam
dialog ini, kami tidak menemukan makna diksi konseptual.
Ø Yang
mengandung makna asosiatif:
Dalam
dialog ini, kami tidak menemukan makna diksi asosiatif.