Rabu, 02 Oktober 2013

Menganalisis Makna-makna Diksi



The Lion King’s & Pumba
(Sabtu, 28 September  2013, 18.45)
MNC TV

Timon : (Bangun tidur) “Haaa…… Apa bagusnya Pumba? Memangnya apa bagusnya dengan ini sampai kau harus membangunkanku?”
Pumba : “Sekarang hari sahabat sejati!”
Timon : “Apa katamu?”
Pumba : “Hari sahabat sejati, kau tau? Hari yang cerah bagi kita yang sahabat sejati untuk bertukar hadiah (diam sejenak).      Ini buka hadiahmu” (seraya memberikan Timon sebuah hadiah yang dibungkus oleh dedaunan)
Timon : “Baiklah kalau kau memaksa. (kemudian membuka hadiah dari Pumba) Alat                         pembuat jus serangga???”
Pumba : “Kau suka?”
Timon : “Aku menyukainya Pumba. Wow….!!! Kau tau, aku sangat                                                   menginginkannya, semuanya….. Cairan vitamin  tempat tulang. Ini hebat!!!                           Terimakasih”
Pumba : “Apapun untuk sahabat sejatiku. Sekarang mana hadiahku, Timon? Aku tak sabar menunggunya, aku telah menunggunya sepanjang pagi”
Timon : “Hadiahmu??? (merasa kebingungan)
Pumba : “ Benar, baiklah”
Timon : “Kau tak lupa hari sahabat sejatikan, Timon?”
Pumba : “Tidak, tidak, tentu saja tidak Pumba. Sama sekali tidak”
Timon : “ Kau berpikiran seperti itu. Mana hadiahku?”
Pumba : “Hadiahmu? Baiklah aku akan memberikanmu hadiah yang istimewa dari hadiah biasa lainnya. Aku akan memberikanmu eeee……… Kayu tua yang berlubang!!!”
Timon : “Kayu tua berlubang? Tapi itu dalah hadiahku tahun lalu”
Pumba : “Benar. Tahun lalu ya? Maaf, maksudku aku memberimu eeee……. Jamur                            dengan banyak serangga!!!”
Timon : “Tapi itu hadiah sebelum kau beri kayu tua berlubang”
Pumba : “Bagaimana dengan rumput gajahPumba : “ Itu hadiahmu dua tahun                                     sebelumnya”
Timon : “Kulit kayu?”
Pumba : “Tiga tahun sebelumnya. Timon, kau sudah siapkan sesuatu untukku ‘kan?”
Timon : “Tentu saja sudah, Pumba. Hanya saja itu perlu waktu lebih dan uang yang banyak, aku memutuskan melakukan sesuatu yang istimewa”
Pumba : “Apa itu? Apa itu?” (Dengan sangat gembira sambil melompat-lompat)
Timon : “Aku eeeee…. Membuatkanmu puisi…!!!”
Pumba : “Astaga…!!!! Puisi??? Wow….!!! Kau buat khusus untukku? Kau sahabat                           sejatiku, Timon. Oww.. Aku tak sabar mendengarkannya. Tak sabar tak                                  sabar…..!!”
Timon : “Eee….. Baiklah ini dia, sahabat sejatiku, Pumba olehku Timon. Emm...... Tidak ada babi hutan sepertimu, Pumba. Aku tidak bisa dapatkan sahabat sejati, kau punya keberanian dan haru, kau satu dari sejuta. Tamat”
Pumba : “Puisi itu tidak berirama, Timon”
Timon : “Itu peribahasa:
Pumba : “Aku rasa tidak. Timon, aku merasa yakin kau menulis puisi itu baru-baru ini saja. Kurasa kau lupa?” (mulai kesal dan wajahnya tampak murung)
Timon : “Tidak!!!”
Pumba : “Lupa!!!”
Timon : “Tidak!!!”
Pumba : “Kau lupa!!!”
Timon : “Itu hari bodoh, tau?? Dan kau membesar-besarkan”
Pumba : “Owww…. Jadi maksudmu kau merasa bodoh kalau kau jadi sahabat                                   sejatiku?”
Timon : “Bagaimana kalau memang begitu?”
Pumba : “Aku rasa kau memang bukan sahabat sejatiku, Timon”
Timon : “Tidak masalah, masih banyak babi hutan disana, Pumba. Dan aku bisa                                  mencari teman sebaik dirimu. Kau hanyalah satu dari sejuta”
Pumba : “Oww… Kalau itu maumu, aku juga bisa mencari hewan lain untuk aku jadikan sahabat sejatiku!!!”
Timon : “Dan aku juga akan cari babi hutan lain yang lebih baik darimu”
Bambu : “Ada yang bisa aku bantu?”

     
Timon dan Pumba pun mulai mencari sahabat sejati.


Timon : “Hay, kawan….!!! Atau bisa kusebut kawan potensial?! Kau keberatan kalau  kutanyakan tiga pertanyaan pribadi?”
Bambu : “Sama sekali tidak”
Timon : “Pertanyaan pertama, siapa namamu?”
Bambu : “Bambu”
Timon : “Pertanyaan kedua, kalau ada yang mau melahapmu, apa yang akan kau                                lakukan?”
Bambu : “Aku akan lari secepat mungkin”
Timon : “Jawaban bagus. Nah, pertanyaan ketiga, apakah kau atau siapa pun yang                              berhubungan denganmu merayakan hari sahabat sejati?”
Bambu : “Belum pernah kudengar itu”
Timon : “Sempurna. Jawabanmu bagus sekali”


Pumba : “Monti… Monti... Dimana kau? Cepat kemari! Lihat ini!”
Monti : “Ya… Ya… Ada apa Pumba?”
Pumba : “Lihat yang kudapatkan! Ini cacing gemuk yang sangat lezat. Kau suka ‘kan Monti?”
Monti : “Aaaaa……….. Bawa pergi!!! Bawa pergi!!! Bawa pergi!!! Sangat berlendir dan menjijikan” (sangat ketakutan)
Pumba : “Apa maksudmu?”
Monti : “Maksudku hewan itu melawan”
Pumba : “Kau tidak mau memakannya?”
Monti : “Memakannya? Kau mau aku memakan hewan itu? Itu bahkan belum  dimasak”
Pumba : “Tapi rasanya seperti ayam”
Monti : “Kau bercandakan?”
Pumba : “Maksudmu, kau tidak makan serangga?”
Monti : “Tidak… Tidak… Tidak… Aku makan buah segar, bukan produk tumbuhan.                     Memakan serangga bisa membuat tubuhku berangin. Kau tidak buang anginkan?”
Pumba : “Apa salahnya kalau buang angin? Puuuuttttt…..
Monti : “Pertanyaan macam apa itu?”


Berbaring menatap bintang-bintang di langit.


Bambu : “ Timon”
Timon : “Yaa?”
Bambu : “Pernah memikirkan apa itu titik-titik bersinar di atas sana?” (sambil                                      berbaring dan menatap bintang-bintang)
Timon : “Bambu, aku tidak memikirkannya. Aku tau”
Bambu : “Apa itu?”
Timon : “Itu kunang-kunang. Kunang-kunang yang tersebar di gelembung biru                                   kehitaman besar itu”
Bambu : “Oh… Baiklah” (dengan begitu tidak pedulinya)
Timon : “Aaa…. Bambu”
Bambu : “Apa?”
Timon : “Apa kau pernah membayangkan itu dengan cara yang sederhana, bahwa mereka itu seperti gelembung angin yang terbang dengan sangat tinggi?”
Bambu : “Tidak, kenapa? Haruskah? Apa maksudmu?”
Timon : “Haaaa….”

(Keesokan harinya)


Timon : “Apa tidak ada sumber air lain di sini, Bambu kawanku? Kurasa aku tidak suka dengan keramaian”
Bambu : “Kurasa aku sudah tidak haus lagi Monti sahabat sejati baruku”

(Bambu dan Monti pun secara tidak sengaja)

Bambu : “Monti?”
Monti : “Bambu?”
Bambu : “Monti kaukah itu?”
Monti : “Bambu,sudah lama sekali kita…….. Berpelukan…. Hahahahaha”
Bambu : “Lalu apa yang selama ini kau lakukan Monti?”
Monti : “Oh…. Kau tau?! Hal biasa bamboo”
Bambu : “Apa kau masih suka membuat pancake? Aku sudah lama sekali tidak                                  memakannya Monti”
Monti : “Rupanya kau masih suka memakannya? Hahahahaha…… Hay, Bambu!!! Aku punya ide, bagaimana kalau aku buatkan kue itu sekarang?”
Bambu : “Kedengarannya bagus, Monti. Ayo…!! Hahahahaha!”

(Seketika itu juga Bambu dan Monti pergi meninggalkan Monti dan Pumba)


Pumba : “Kau tau, Timon?”
Timon : “Apa itu, Pumba?”
Pumba : “Aku tidak suka sahabat sejati baruku”
Timon : “Ya, kalau itu bisa membuatmu lebih baik, aku juga tidak suka sahabat sejati baruku”
Pumba : “Dengar Timon, apa kau telah melupakan hari sahabat sejati?”
Timon : “Dengarlah Pumba! Sebenarnya…. Tentu saja tidak”
Pumba : “Oww hebat…..!!! Apa kau tidak lupa, Timon? Karena itu kau sahabat                                 sejatiku. Lalu mana hadiahku?”
Timon : “Aaa tutup matamu!” (seraya berlari mengambil alat jus serangga)
Pumba : “Sekarang mata tertutup”
Timon : “Kau boleh membukanya sekarang”
Pumba : “Alat pembuat jus serangga!!!”
Timon : “Kau suka?”
Pumba : “Aku suka sekali Timon. Oww hebat…!!! Dan ironis sekali kau memberikan benda yang persis seperti yang aku berikan padamu”
Timon : “Ya… Hidup itu memang gila, Pumba “
Pumba : “ Lalu, apa yang kau buat pada alat jus serangga yang kuberi padamu?”
Timon : “Ya, akan kita pikirkan itu sahabat sejatiku, akan kita pikirkan”




Dari dialog di atas ada beberapa makna diksi yang terkandung di dalamnya, diantaranya sebagai berikut:
Ø  Yang mengandung diksi leksikal:
Pumba
Dengan
Ini
Harus
Kau
Kita
Aku
Puisi
Hari
Hewan
Sabar
Hadiah (Pada percakapan 1)


Ø  Yang mengandung makna gramatikal:
Membangunkan
Bertukar
Memaksa
Menyukai
Menginginkan
Memberikan
Berpikiran
Menunggu
Memutuskan
Melakukan
Mendengarkan
Membuat
Menulis
Mencari
Membesar-besarkan
Pertanyaan
Merayakan
Berhubungan
Melahap
Melawan
Memakan
Memikirkan
Bersinar
Membayangkan
Berpelukan
Tertutup
Membuka

Ø  Yang mengandung makna referensi:
Pada dialog Pumba : “Ini buka hadiahmu”
Dialog Timon : “Itu kunang-kunang”

Ø  Yang mengandung makna non-referensi:
Untuk
Dengan
Kalau
Dan
Seperti
Bahwa
Yang
Akan

Ø  Yang mengandung makna denotasi:
Pada dialog Timon : “lebih baik darimu”

Ø  Yang mengandung makna konotasi:
Pada percakapan Timon : “Kau hanyalah satu dari sejuta”
Pada percakapan Pumba : “buang angin”
Pada percakapan Timon : “Itu kunang-kunang. Kunang-kunang yang tersebar di gelembung biru kehitaman besar itu”
Pada percakapan Timon : “gelembung angin”


Ø  Yang mengandung makna konseptual:
Dalam dialog ini, kami tidak menemukan makna diksi konseptual.

Ø  Yang mengandung makna asosiatif:
Dalam dialog ini, kami tidak menemukan makna diksi asosiatif.